Berawal dari Surat Cinta di SD, Retno Setia Rayakan Valentine

Berita30 Views

Hari Valentine biasanya dipenuhi dengan perayaan cinta, hadiah romantis, serta momen kebersamaan dengan pasangan. Namun, bagi Retno Setia (48 tahun), Valentine memiliki makna yang jauh lebih dalam. Bukan sekadar bertukar cokelat atau makan malam mewah, tapi sebuah momen mengenang cinta seumur hidupnya yang kini telah tiada.

Setiap 14 Februari, Retno selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makam sang suami, Bramanto (alm), pria yang telah menemaninya sejak kecil. Dengan membawa seikat mawar merah, ia menaburkan bunga di pusara suaminya sambil membisikkan doa, mengenang kisah cinta mereka yang berawal dari sebuah surat cinta di bangku Sekolah Dasar.

Bagaimana kisah cinta ini dimulai? Mengapa Retno memilih makam suaminya sebagai tempat perayaan Valentine setiap tahun? Berikut kisahnya.

Valentine Awal Kisah Cinta: Sebuah Surat di Bangku SD

Cinta Monyet yang Bersemi Hingga Dewasa

Kisah cinta Retno dan Bramanto dimulai dengan sebuah surat kecil yang ditulis tangan. Saat itu, mereka masih duduk di kelas 5 SD di Yogyakarta.

📌 Isi Surat Singkat dari Bramanto:
“Retno, kamu cantik. Aku ingin selalu duduk sebangku denganmu.”

Retno masih mengingat jelas perasaan campur aduk yang ia rasakan saat itu—antara malu, senang, dan bingung. Tanpa disangka, surat itu menjadi awal dari perjalanan panjang cinta mereka.

Persahabatan yang Berlanjut Hingga Remaja

Seiring waktu, mereka semakin dekat. Duduk sebangku hingga SMP, saling berbagi cerita, dan menjadi sahabat baik. Namun, tak ada yang menyangka bahwa persahabatan ini akan tumbuh menjadi kisah cinta sejati.

Saat SMA, keduanya mulai merasakan perasaan lebih dari sekadar sahabat. Bramanto mulai berani mengungkapkan perasaannya, dan Retno pun menyadari bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama.

💬 Bramanto di usia 17 tahun:
“Aku ingin menjagamu, bukan hanya sebagai sahabat, tapi selamanya.”

Dan sejak saat itu, mereka resmi berpacaran.

Valentine Menjalin Hubungan Serius dan Menikah

Perjalanan Panjang Menuju Pernikahan

Setelah menyelesaikan pendidikan, keduanya memilih untuk fokus membangun karier terlebih dahulu. Bramanto bekerja sebagai arsitek, sementara Retno menjadi seorang guru SD.

Selama 10 tahun berpacaran, hubungan mereka diwarnai dengan berbagai cobaan, termasuk perbedaan keluarga dan kesibukan masing-masing. Namun, keduanya tetap teguh hingga akhirnya menikah pada tahun 2000.

💍 Momen Pernikahan Retno & Bramanto:
Tempat: Yogyakarta
Konsep: Pernikahan sederhana dengan nuansa adat Jawa

Dalam pernikahan mereka, Bramanto sering mengulang janji yang pertama kali ia ucapkan di usia 17 tahun:
“Aku ingin menjagamu, bukan hanya sebagai sahabat, tapi selamanya.”

Ujian Hidup: Kepergian Sang Suami

Pertarungan Melawan Penyakit

Setelah 20 tahun menikah, kebahagiaan mereka diuji. Bramanto mulai mengalami keluhan kesehatan yang serius. Setelah menjalani pemeriksaan, ia didiagnosis mengidap penyakit jantung kronis.

📌 Kondisi Kesehatan Bramanto:
Durasi perawatan: 3 tahun
Perjuangan medis: Operasi dan terapi rutin

Selama tiga tahun, Retno setia merawat suaminya. Ia berjuang di sampingnya, mendampingi setiap perawatan, hingga akhirnya Bramanto menghembuskan napas terakhirnya pada Februari 2021, tepat beberapa hari sebelum Valentine.

💔 Ucapan Terakhir Bramanto:
“Jika aku tidak bisa merayakan Valentine bersamamu lagi, tolong tetap datang dan temui aku. Aku akan selalu ada di sana.”

Tradisi Valentine di Makam Suami

Sejak kepergian Bramanto, Retno selalu datang ke makam suaminya setiap Hari Valentine.

Mengapa Retno Tetap Rayakan Valentine?

📌 Alasan Retno:
Melanjutkan janji untuk selalu bersama
Merasakan kedekatan emosional dengan suaminya

🎗 Yang Dilakukan Retno di Makam:
✔ Membaca doa dan surat cinta yang ia tulis setiap tahun
✔ Menghabiskan waktu dengan mengenang kebersamaan mereka

Retno percaya bahwa cinta sejati tidak berakhir dengan kematian. Ia merasa suaminya masih ada dalam setiap kenangan yang mereka bangun bersama.

Pesan Cinta Abadi dari Retno

Bagi banyak orang, Hari Valentine mungkin hanya sekadar perayaan romantis. Namun, bagi Retno, Valentine adalah bukti bahwa cinta sejati tetap hidup, meski raga telah tiada.

💬 Pesan Retno:
“Cinta itu bukan tentang berapa lama kita bersama secara fisik, tetapi bagaimana kita tetap menjaga perasaan, meskipun dipisahkan oleh waktu.”

Retno berharap kisahnya dapat menginspirasi banyak orang untuk menghargai pasangan mereka selagi masih ada. Ia berpesan agar cinta sejati tidak hanya ditunjukkan dengan hadiah atau makan malam mewah, tetapi juga dengan kesetiaan dan ketulusan yang tidak terbatas oleh waktu.

Cinta yang Tidak Lekang oleh Waktu

Kisah Retno dan Bramanto mengajarkan kita bahwa cinta sejati tidak selalu harus dirayakan dengan kehadiran fisik.

Berawal dari surat cinta sederhana di SD, hubungan mereka berkembang hingga pernikahan.
Selama lebih dari 20 tahun, mereka membangun kehidupan bersama dengan penuh cinta.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa cinta sejati tidak akan hilang, bahkan setelah kematian. Seperti janji Bramanto saat masih hidup, ia akan selalu ada di sana, menunggu Retno dalam setiap doa dan kenangan yang mereka bangun bersama.

Selamat Hari Valentine, untuk semua yang percaya bahwa cinta sejati tidak pernah berakhir. ❤️🌹